Ulin SANTIKA sebagaimana umumnya pencak
silat Sunda memiliki ciri khas
tersendiri yang memiliki keterkaitan dengan tata cara kehidupan urang sunda
sehari hari secara turun temurun tidak lepas dari falsapah Tata Titi Duduga
Peryoga.
Tata = Semut, bila bertemu dengan
sesamanya saling sapa, seolah olah saling bersalaman, saling tanya saling bantu
dan saling tolong.
Titi = Titinggi, (kaki Seribu) sifatnya gotong royong,
meskipun ukuran badan tidak sesuai dengan kaki tapi bisa maju dan berjalan
karena ditopang dengan kaki yang jumlahnya
banyak dengan langkah yang selaras.
Duduga = Kerbau, meskipun
tanduknya menjulang besar tapi
senantiasa patuh jika dituntun anak gembala. Sesuai dengan Ilmu pengetahuan dan
kebenaran, meskipun datang dari anak
kecil atau seseorang yang lebih muda jika membawa manfaat dan keselamatan dunia
akhirat perlu diambil/diikuti.
Peryoga = hap hap (Sejenis Cicak
yang bisa terbang), Jika hinggap dari satu pohon ke pohon lain yang besar
senantiasa menggoyang goyangkan dahannya meskipun secara logika tidak mungkin
pohon besar itu roboh karena menopang badannya.
Hal ini menandakan sifatnya yang senantiasa waspada serta hati-hati
serta tertib di mana pun berada.
Oleh Karena itu sesuai dengan
ulin Maen Po/Penca SANTIKA yang memiliki
sifat “Leuleus Jeujeur Liat Tali” yaitu memiliki ciri :
2. Geraknya lemas, tapi enak (merenah) Jika perlu baru menggunakan tenaga yang kuat
3. Tidak mengadu tenaga; tapi menggunakan tenaga lawan yang dimanfaatkan untuk serta menghindari serangan
4. Selalu menggunakan keseimbangan badan (Timbangan), tentunya tidak memerlukan tempat yang luas.
5. Tenang tidak terburu buru, tapi tetap waspada, sambil mengatur nafas
6.Tendangan tidak pernah terlalu keatas, cukup ke bawah (tulang kering atau lutut), jika perlu ke arah perut atau dada.
7. Sikap Pasangan dicocokkan dengan sikap lawan, gunakan sikap tangan dekat dengan dada, jika perlu sikap tangan boleh terbuka hanya sekedar memancing serangan dengan memperhatikan jarak serang lawan.
8. Jika lawan dekat gunakan kecepatan, supaya mengena pada sasaran, dengan sikap kaki menggunakan kuda-kuda keseimbangan dengan titik berat ke depan atau ke belakang, tergantung keperluannya dengan memperhatikan posisi kuda kuda
9. Tidak boleh sombong dan takabur merasa diri lebih hebat dari yang lain, sebab manusia tidak ada ilmu pamungkasnya akan selalu ada yang lebih hebat atau lebih pintar dari dirinya, menandakan ilmu itu harus senantiasa dicari tanpa henti hingga sampai kita ke liang lahat. Dan Yang Maha Kuat dan Perkasa hanyalah Alloh SWT.
0 komentar: