Santika merupakan perkumpulan silat keluarga sehingga pada awalnya hanya berkembang di kalangan keluarga dan kerabat yang tersebar di daerah Garut, Limbangan dan Bandung. Kemudian pada tahun 1961 salah seorang jawara / pesilat dari perguruan pencak silat santika beliau adalah Bapak Muhtar (alm) menjadi juara di PON 5 di Bandung. Sehingga ada keinginan untuk mengembangkan ulin Santika ini di Bandung, tentu saja kegembiraan ini membuat Bapak Suteja (alm), salah seorang tokoh pencak silat Jawa Barat pada waktu itu memberikan kata Daya Setra setelah kata Santika SANTIKA DAYA SETRA, sehingga paguron Santika lebih dikenal sebagai SANTIKA DAYA SETRA.
Pada
tahun 1994, Ulin Santika mulai diperkenalkan kembali oleh Bapak Enton dan didaftarkan kembali dalam bentuk perguruan pencak silat melalui Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Kotamadya Bandung, dengan nama SANTIKA DAYA SETRA
Bpk Enton, Guru besar Santika |
TARIK TONJOKNA, RIKAT NAKISNA, KEWES USIKNA, WANI MAEHANANA.
TARIK TONJOKNA artinya harus memiliki kemauan serta motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan.
RIKAT NAKISNA artinya harus selalu sigap dan waspada menangkis segala hal cobaan atau godaan yang tidak sesuai dengan syari’at agama maupun hati nurani kita.
KEWES USIKNA artinya usik yaitu hijrah/pindah kebiasaan. Dari sifat malas menjadi rajin, dari sifat bohong menjadi jujur, ingkar janji menjadi menepati janji.
WANI MAEHANANA, yaitu harus berani menaklukkan hati serta hawa nafsu kita terhadap niat jahat yaitu; khianat, dzolim, menipu, mengumpat, sombong serta terhadap segala sifat yang bertentangan dengan aturan agama.